Daniel Arsham Bicara tentang Karyanya dan Hubungan Erat dengan Hublot

Setelah 10 tahun menjalankan program “Hublot Love Art” yang menunjukkan bagaimana Hublot sebagai sebuah brand jam tangan sangat erat dengan dunia kesenian, perusahaan asal Swiss tersebut kini menggaet Daniel Arsham, seorang seniman asal New York yang dikenal dengan karyanya yang berupa lukisan, patung, instalasi, dan film untuk berkolaborasi.
Kolaborasi baru ini akan menampilkan jam matahari temporer setinggi 20 meter di lanskap salju pegunungan Zermatt, Swiss, di bawah bayang-bayang Matterhorn, puncak yang paling dikenal di Pegunungan Alpen Swiss. Menggunakan elemen alam untuk menggabungkan ketepatan waktu ala Hublot dengan keahlian land art, instalasi ini diberi judul “Light & Time”.
Untuk mengetahui lebih dalam tentang Daniel Arsham dan juga kolaborasi terbarunya bersama Hublot, simak percakapan di bawah ini.
Bagaimana awal cerita Anda bisa bertemu dengan Hublot? Bertemu untuk membahas konsep dan memutuskan untuk menjalankan proyek ini.
Beberapa tahun yang lalu, saya mengerjakan sebuah proyek di Singapura dengan sebuah perusahaan bernama Hour Glass yang merupakan butik jam tangan yang diprakarsai oleh Michael Tay. Pada dasarnya itu adalah pameran ulang tahun dan mereka menugaskan sejumlah desainer: Marc Newson, saya sendiri, dan beberapa orang lainnya untuk membuat karya untuk merayakan ulang tahun mereka. Saya menghabiskan waktu bersamanya [Michael Tay] dan kami mulai mendiskusikan ketertarikan saya pada jam tangan, dan dialah yang mendorong saya ke Hublot, hanya dari segi materialnya. Dia mengatakan bahwa mereka melakukan hal-hal yang sangat menarik dalam pembuatan jam tangan mereka, mereka mencoba hal-hal yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Dia menghubungkan saya dengan Ricardo, CEO dari Hublot dan ini terjadi sebelum COVID-19. Kami telah membicarakannya selama 4 atau 5 tahun dan saya benar-benar ingin ke Nyon untuk memahami kemampuan dari pabrik Hublot. Dalam kolaborasi ini juga tentang orang-orangnya di belakang yang mendukung saya, dan apakah saya pikir mereka akan benar-benar bersama saya sampai akhir projek. Tim ini benar-benar sangat positif dan mau bereksperimen, benar-benar berani mencoba hal-hal yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya.
Apa yang membuat Anda menerima kolaborasi ini dan melangkah lebih jauh?
Saya memiliki sejumlah teman yang pernah bekerja sama dengan Hublot, seperti Samuel Ross dan Takashi Murakami. Setelah mengunjungi pabrik dan memahami sedikit tentang time-keeping dan melakukan investigasi material, sepertinya ini sangat cocok. Biasanya, ketika saya memilih kolaborator, saya mencari orang yang cocok dengan saya. Saya merasa bahwa semua orang di Hublot memahami hal yang ingin saya lakukan.
Memang, Hublot tampak selalu unggul dalam kolaborasi dengan para duta besar mereka. Mereka selalu bekerja dengan baik, mereka berada di puncak permainan mereka. Apakah itu sesuatu yang menarik perhatian Anda dalam menjalin kolaborasi bersama Hublot?
Seperti yang saya katakan, ya, berbicara dengan Takashi [Murakami] yang juga bekerja dengan mereka dan melihat apa yang dia lakukan, dan Samuel [Ross]. Biasanya saya menolak lebih banyak tawaran kolaborasi daripada yang saya terima, dan salah satu hal yang penting bagi saya adalah perusahaan, atau orang-orangnya, mau melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan atau mau bekerja lebih keras lagi. Hal ini tidak selalu terjadi pada setiap tawaran kolaborasi.
Apa yang menurut Anda menarik tentang jam tangan secara umum? Mengapa objek jam tangan menarik minat Anda?
Banyak karya yang saya buat difokuskan pada semacam investigasi waktu. Semua karya arkeologi ini merupakan studi tentang cara kita memahami waktu melalui benda-benda, seri arkeologi fiksi yang sedang saya kerjakan itu seperti benda-benda dari masa kini diproyeksikan ke masa depan melalui transformasi material. Kita melihat komputer, telepon, bola basket, objek kontemporer seolah-olah kita melihatnya di masa depan. Ini benar-benar tentang menyelidiki persepsi kita tentang waktu, bagaimana kita mengukurnya, bagaimana kita memprosesnya, bagaimana kita menempatkan diri kita di dalamnya. Dalam hal perspektif sejarah, kita sering melakukannya melalui benda-benda, benda-benda ini terkait dengan era tertentu. Proyek yang saya lakukan mengenai arkeologi fiksi ini benar-benar tentang mengambil objek dari pengalaman kita saat ini dan memproyeksikannya ke masa depan yang potensial, di mana objek tersebut adalah objek arkeologi. Benda-benda yang kita temukan di sebuah waktu, di era kita sendiri melalui transformasi material yang diproyeksikan ke masa depan.
Gagasan tentang waktu tentu saja hadir dalam seluruh karya ini. Ide tentang jam tangan, terutama setelah mengunjungi pabrik di Nyon, adalah semacam perangkat ajaib karena pertama-tama, jam tangan ini sangat kecil, hanya sebuah skala kecil dari bagian yang rumit. Dengan Hublot, dalam penyelidikan bahan, saya khususnya terpikat dengan bahan safir, bahan kristal yang mereka gunakan dalam banyak perangkat penunjuk waktu mereka ini memiliki banyak kesamaan dengan materialitas dari karya saya sendiri. Ini adalah tentang menemukan cara untuk menggabungkan kedua ide itu dalam sebuah karya.
Apakah Anda menganggap diri Anda seorang pencinta jam tangan?
Ya. Jam tangan pertama yang saya miliki diberikan oleh ayah saya. Dia mengoleksi jam tangan sejak saya masih kecil, jadi saya selalu berada di sekitar jam tangan.
Nantikan interview lengkap kami bersama Daniel Arsham pada Crown Magazine Indonesia edisi yang akan datang.
End of content
No more pages to load