CLASS IN SESSION: Serba-serbi tentang salah satu komplikasi paling populer, chronograph

Tak hanya berfungsi dalam menghitung waktu dan mengukur kecepatan, jam tangan dengan fitur ini memiliki desain sporty nan tangguh
Anung Kamaswara
Secara harfiah, chronograph dan stopwatch mengandung definisi yang sama. Bila istilah pertama berasal dari kosakata Yunani chronos (waktu) dan graphein (menulis) sehingga bermakna ‘menulis waktu’, istilah kedua memiliki arti ‘jam berhenti’ dalam bahasa Inggris. Kedua sebutan tersebut mengacu pada pencatatan suatu periode setelah penghitung waktu diberhentikan, serta absennya indikasi jam reguler.
Bagaimanapun, nama chronograph umumnya diasosiasikan dengan jam tangan berfungsi ganda, yaitu penunjuk waktu yang disertai komplikasi tambahan berupa jam sukat atau ‘stopwatch’. Jam dengan komplikasi ini teridentifikasi lewat kehadiran lingkar penghitung yang berguna sebagai penunjuk menit, small seconds (sepersekian detik), dan jam—jika terdapat tiga subdial—saat fungsi stopwatch diaktifkan. Sementara, jarum penanda panjang di pusat dial tetap berfungsi sebagai penunjuk detik.
Fungsi stopwatch dikonsepsikan pada tahun 1695 oleh Samuel Watson untuk memenuhi permintaan dokter ahli bedah John Floyer. Sedangkan, chronograph pertama diciptakan oleh Louis Moinet di tahun 1816 untuk mendukung kegiatan astronomisnya. Meski begitu, penemuan Moinet tidak terpublikasi hingga adanya penelitian lanjutan pada tahun 2013. Sebelumnya, sejarah mencatat Nicolas Mathieu Rieussec sebagai sosok penemu chronograph pasca sebuah presentasi kepada The Academy of Sciences pada tahun 1821. Setelah mendapatkan paten setahun kemudian, chronograph tersebut dikomersialkan kendati dikenakan oleh Raja Louis XVIII sebagai pencatat waktu dalam kompetisi olahraga berkuda di Champs de Mars, Paris.
Selanjutnya chronograph terus berevolusi lewat berbagai inovasi dari segenap brand horologi. Berikut beberapa pembahasan penting perihal komplikasi yang mendulang popularitas berkat desain tangguh, performa penuh presisi, dan asosiasi eratnya dengan cabang olahraga lintas bidang.
MODERN DEVELOPMENT
Dunia horologi di abad ke-20 mencetak sejumlah tonggak pencapaian dalam ranah chronograph. Rasanya tidak afdal jika melewatkan Longines dan Breitling dalam pembahasan ini. Pada tahun 1914, fungsi chronograph direalisasikan pada stopwatch Longines yang ditenagai oleh mesin Calibre 19.73N. Sementara itu, Gaston dan Willy Breitling berjasa menciptakan dua tombol tambahan—di posisi jam 2 dan jam 4—untuk mengaktifkan fungsi start/stop dan reset pada Breitling No.100 di tahun 1934. Jam dengan tiga tombol pengatur sontak menjadi tolok ukur bagi kreasi-kreasi chronograph di kemudian hari.
Longines Heritage Classic Chronograph Ref.L2.830.4.93.0
FLYBACK
Pada komplikasi chronograph reguler, tombol stop perlu ditekan terlebih dahulu sebelum melakukan reset saat fungsi stopwatch diaktifkan. Jika lalai melakukannya, mesin jam akan mengalami gangguan yang membuatnya lebih rentan terhadap kerusakan. Terutama bila tidak digunakan dalam jangka panjang. Namun, lain halnya dengan flyback chronograph yang mengoptimalkan pengukuran waktu lewat penyederhanaan proses reset. Komplikasi ini mengizinkan sang pengguna untuk mengaktifkan fungsi reset tanpa harus memberhentikannya terlebih dahulu. Jarum indikator pun akan langsung mengulang dari awal dengan baik. Selain itu, flyback chronograph juga memiliki kapabilitas untuk menghitung beberapa objek secara bergantian dengan cepat. Fungsi ini perdana disematkan pada Longines Calibre 13ZN dan kini dapat ditemukan di berbagai penawaran dalam portofolio Richard Mille.
Richard Mille RM 11-03 Automatic Flyback Chronograph McLaren
RATTRAPANTE
Sesungguhnya terdapat beberapa sebutan untuk rattrapante, yaitu jenis chronograph yang mampu menghitung dua objek berbeda sekaligus meski dengan rekam jejak waktu berbeda. Termasuk di antaranya adalah split-seconds chronograph, doppelchronograph, dan double chronograph. Bermakna ‘menangkap kembali’ dalam Bahasa Prancis, rattrapante memiliki tampilan paling unik dibanding jenis chronograph lainnya berkat jarum tipis tambahan serupa penunjuk detik. Kedua jarum detik di pusat dial pun akan berputar—secara independen—sesuai kebutuhan saat fungsi stopwatch diaktifkan. Dengan demikian, interval tempuh dapat dihitung dari dua objek berbeda ketika pelacakan waktu dilakukan. Komplikasi yang ditemukan di tahun 1831 oleh Joseph Thaddeus Winnerl—seorang pekerja Breguet—tersebut disematkan pada sebuah jam tangan untuk pertama kalinya dalam Patek Philippe 1923 Officer. Kini sang komplikasi telah disempurnakan lewat mekanisme mutakhir bernama triple split yang dapat ditemukan dalam lini Saxonia milik brand horologi independen, A. Lange & Söhne.
A. Lange & Söhne Saxonia Triple Split Ref. 424.037F
TAKIMETER
Beberapa jam tangan chronograph di pasaran acapkali dilengkapi oleh skala khusus—selain indeks jam—yang dikenal dengan nama takimeter. Selain berguna untuk mengetahui jarak tempuh dan rerata kecepatan dari suatu peristiwa atau objek bergerak yang sedang diukur, keistimewaan takimeter terletak pada estetika distingtifnya. Secara umum, desain takimeter terbagi menjadi dua: di pinggiran dial dan terukir pada bezel. Skala takimeter dapat ditafsirkan dalam satuan metrik (m/km), maupun imperial (mil). Lantas, bagaimana cara membaca skala takimeter? Setelah mengaktifkan fungsi stopwatch dengan menekan tombol di posisi jam 2 dan menghentikannya, hasil rekam jarak pada skala takimeter akan ditunjukkan oleh jarum penanda detik. Selain itu, fitur yang ditemukan oleh TAG Heuer pada tahun 1915 tersebut pun mampu menaksir jarak dari objek atau peristiwa yang bergerak secara konstan. Perlu diketahui, skala takimeter hanya mampu berfungsi mulai dari detik ke-7 hingga detik ke-60. Selepasnya, tentunya diperlukan rumus matematika tersendiri untuk merekam kecepatan yang ingin diketahui.
Tag Heuer Chronograph Tourbillon Formula 1 x Mario Kart Ref. CAZ5080.FC6517
Klik di sini untuk #BacaDiManaAja edisi terbaru dari CROWN Indonesia
End of content
No more pages to load