CLASS IN SESSION: Pemaparan mendalam tentang komplikasi tourbillon

Peralihan fungsi dari pencegah gravitasi menjadi simbol kepiawaian nan rupawan dalam ranah jam tangan mekanis.
Apakah fungsi tourbillon? Mari bernostalgia ke masa kejayaan jam saku pada abad ke-17. Meski dinilai sempurna untuk mengakomodasi gaya berpakaian para aristokrat di masa itu, jam saku memiliki kekurangannya sendiri. Lantaran diletakkan secara vertikal di dalam kantong rompi, akurasi escapement pada jam saku berkurang. Alhasil, waktu yang ditampilkan terkadang menjadi terlalu cepat atau terlalu lambat. Untuk mempertahakan akurasi, diperlukan sebuah mekanisme penunjang yang mampu menetralisasi dampak gravitasi.
Gagasan untuk menerapkan fungsi anti-gravitasi pada jam saku dicetuskan oleh pembuat jam asal Inggris bernama John Arnold. Konsep tersebut dikembangkan oleh Abraham-Louis Breguet pada tahun 1795 dan dipatenkan pasca Revolusi Prancis. Bukan sebuah persaingan, kedua tokoh besar tersebut justru bersahabat hingga lintas generasi. Sepeninggal John di tahun 1799, Abraham-Louis mempersembahkan sebuah kreasi tourbillon kepada putra John sebagai penghormatan terakhir. Jam bertajuk N° 169 yang kini bersemayam di British Museum tersebut pun menjadi salah satu tonggak terpenting dalam sejarah horologi. Secara teknis, mekanisme tourbillon terdiri dari roda keseimbangan, balance spring, dan tuas escapement. Ketiganya diposisikan pada sebuah cangkang yang mampu berputar 360 derajat terhadap porosnya dengan gerakan menyerupai tourbillon (angin puyuh dalam bahasa Prancis).
Prototipe jam tangan tourbillon pertama dikreasikan oleh sebuah brand asal Prancis, LIP, pada awal dekade ‘30-an. Dalam skala komersil, Omega lah yang berjasa membuka jalan bagi pemain horologi lainnya lewat sebuah iterasi bernama Caliber 301 Tourbillon (1947). Selang hampir empat dekade, Audemars Piguet merilis Calibre 2870 pada tahun 1986 yang menjadi jam tangan tourbillon otomatis pertama. Apakah alasan di balik jeda waktu panjang antara kelahiran tourbillon pada jam saku dan jam tangan? Jawabannya sederhana: sebenarnya tourbillon tidak memiliki dampak signifikan pada jam tangan. Faktanya, saat jam dikenakan di pergelangan tangan, dampak gravitasi dapat terminimalisasi dengan sendirinya.
Alhasil, escapement pun bekerja dengan ritme yang jauh lebih konsisten, sehingga jam tangan memiliki tingkat akurasi lebih tinggi dibandingkan jam saku. Meski demikian, fakta tersebut tak menghentikan para watchmaker untuk tetap menyematkan tourbillon pada kreasi jam tangan mereka. Seolah bermaksud memberi penghormatan terhadap kerumitan dan keindahan dari sang komplikasi, sejumlah brand horologi berikut ini bahkan melakukan riset dan pengembangan bertahun-tahun untuk mengelevasi karya tourbillon mereka.
SINGLE AXIS TOURBILLON
Frederique Constant merayakan hari jadinya yang ke-35 dengan merilis koleksi Manufacture Classic Tourbillon edisi terbatas. Sesuai namanya, tourbillon ini mengusung konstruksi yang setia dengan versi orisinal buatan Breguet namun memperoleh pembaruan material modern
lewat penggunaan silikon pada escapement wheel dan anchor.
Frederique Constant Manufacture Classic Tourbillon
DOUBLE-AXIS TOURBILLON
Kemajuan yang juga dikenal sebagai bi-axial tourbillon ini dipatenkan pada tahun 1977 oleh watchmaker tersohor, Anthony Randall. Tourbillon dengan aksis yang berotasi penuh dalam dua waktu berbeda—untuk memaksimalkan keseimbangan movement dalam enam posisi—tersebut kemudian dimanfaatkan oleh Jacob & Co. untuk melengkapi keindahan jam tangan Oil Pump Tourbillon Automaton rilisan tahun 2021.
Jacob & Co Oil Pump Automaton Tourbillon
TRIPLE-AXIS TOURBILLON
Triple-axis Tourbillon adalah mekanisme yang diperkenalkan oleh watchmaker independen, Thomas Prescher, pada Baselworld 2004 dan terkenal sangat rumit untuk dikreasikan. Mekanisme tourbillon diletakkan dalam tiga aksis berbeda, serta berotasi dengan kecepatan dan arah berbeda-beda untuk menangkal gravitasi pada balance spring. Pada tahun 2019, MB&F memecahkan rekor dunia dengan triple-axis tourbillon tercepat—8,12, dan 20 detik —di dunia melalui LM Thunderdome.
MB&F LM Thunderdome
FLYING TOURBILLON
Jika Single Axis Tourbillon umumnya ditopang oleh dua tuas, Flying Tourbillon hanya ditopang oleh satu penyangga di bagian bawah sehingga akan terlihat melayang. Flying tourbillon ditemukan oleh watchmaker asal Jerman, Alfred Helwig, pada tahun 1920. Salah satu karya modern yang mengusung tipe ini ialah Roger Dubuis Excalibur Spider Pirelli.
Roger Dubuis Excalibur Spider Pirelli
QUADRUPLE TOURBILLON
Pada akhir tahun 2004, Greubel Forsey memukau dunia lewat perilisan Double Tourbillon 30° yang sekuelnya memenangkan uji akurasi oleh Concours de Chronométrie dengan skor 915 dari 1.000 di tahun 2011. Mekanisme ini kemudian digandakan menjadi empat tourbillon sekaligus pada dial Quadruple Tourbillon GMT di tahun 2019 lalu untuk keseimbangan terhadap gravitasi yang kian superior.
Greubel Forsey Quadruple Tourbillon GMT
Klik di sini untuk #BacaDiManaAja edisi terbaru dari CROWN Indonesia
End of content
No more pages to load