MASTER OF HOROLOGY: Menyelami semesta imersif Rado bersama sang CEO, Adrian Bosshard

Sebagai salah satu brand horologi dengan riwayat menakjubkan, rasanya produk Rado dapat berbicara untuk dirinya sendiri berkat identitas yang begitu kental. Hal ini terwujud berkat ambisi untuk menjadi yang terbaik dan seorang master dalam segala aspek. Mulai dari strategi ritel, inovasi produk, hingga proses manufaktur.
Terdapat satu pilar lain yang menonjol dari Rado, yaitu pengolahan material. Khususnya pada keramik yang dikenal sebagai zirkonium oksida dengan proses yang melibatkan kerumitan tinggi. Rado pun menjadi salah satu pemain yang nekat menggunakan keramik sejak tahun 1986 dan mengantarkan industri horologi ke era modern, di mana eksperimen material menjadi keunggulan yang begitu dibanggakan.
Dalam momen perayaan dari kehadiran butik Rado di lantai 2 Plaza Indonesia, CROWN Indonesia berbincang dengan sang CEO, Adrian Bosshard. Kepada kami, ia berbagi kisah seputar komitmen brand basis Lengnau, Swiss, tersebut dalam hal inovasi dan inisiasi di tengah berbagai tantangan untuk mempertahankan kedudukannya sebagai Master of Materials.
Apa makna jam tangan bagi Anda dan mengapa Anda ingin mendalami karier di dunia horologi?
Sebelumnya, saya merupakan seorang pembalap reli motor profesional. Sebuah hobi yang kemudian menjadi profesi. Sama halnya dengan jam tangan Swiss yang begitu saya gemari sejak masa kanak-kanak. Kini saya bahagia dapat bekerja di industri horologi. Menurut saya, jam lebih dari sekadar alat yang menunjukkan waktu. Jam dapat mengekspresikan perasaan, selera, dan kekaguman terhadap mesin mekanis, sehingga membuatnya tak tergantikan dan cenderung menjadi sesuatu yang diwariskan.
Bagaimana pengalaman ekstensif Anda di Swatch Group, Certina, dan Union Glashütte membentuk peran yang Anda emban sebagai CEO sekarang?
Selama 27 tahun berkarier di dunia horologi, tentu saja terdapat banyak sekali hal yang saya pelajari. Saya belajar bahwa Anda harus menghormati DNA brand sembari bergerak ke arah yang lebih modern. Di Rado, terdapat jenjang kompetensi dan desain historis yang masih dapat dikembangkan di kemudian hari berkat keunikannya. Contohnya, DiaStar yang menggawangi revolusi desain jam tangan. Meski sempat dicibir, 60 tahun kemudian sang koleksi masih bertahan menjadi iterasi paling populer dalam ragam segmentasi berbeda.
Bagaimanakah presensi Rado dalam hal penjualan dan lanskap ritel global?
Menilik dari volume penjualan, pasar terbesar Rado adalah India, Timur Tengah, Tiongkok, Eropa Tengah, dan Amerika Serikat. Tetapi semua pelanggan adalah prioritas kami, di manapun Rado berada dan berapapun penjualannya. Servis kami pun tidak berhenti sampai proses transaksi saja, namun sampai layanan purna jual. Hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan pengalaman menyeluruh saat berbelanja, seperti ambiens yang menenangkan dan pemaparan produk ekstensif dari para staf. Rencana mendatang adalah meneruskan ekspansi dan mencari mitra ritel yang sesuai dengan visi Rado di belahan dunia lain.
Adakah pendekatan yang berbeda di antara sejumlah region-region tersebut dan di Asia Tenggara?
Kini kami bekerja sama dengan Emway Globalindo melalui Thakral Corporation sebagai distributor resmi di Indonesia, Vietnam, dan Laos. Dari segi produk, koleksinya tidak jauh berbeda. Namun, jam berwarna emas atau berkonsep dwiwarna adalah primadona di Asia Tenggara, sedangkan konsumen Eropa Tengah dan Amerika Serikat lebih menyukai penawaran bermaterialkan baja atau berpalet hitam. Dalam hal pemasaran, kami menjalankan kampanye yang sama di skala global. Perbedaan terbesar lainnya adalah format butik yang diusung. Rado memiliki titik penjualan yang relatif lebih sedikit di region Asia Tenggara dan terasa lebih premium, sementara di Eropa presensi Rado mendominasi butik multibrand dan departement store.
Bicara mengenai masukan personal Anda bagi Rado, khususnya dalam aspek desain, inovasi apa yang ingin Anda fokuskan di masa mendatang?
Prioritas saya adalah mempertahankan legasi dari koleksi ikonis yang berjasa menempatkan Rado di panggung horologi. Termasuk di antaranya adalah DiaStar, Centrix, Captain Cook, dan Florence. Sama halnya seperti Omega Speedmaster, Patek Philippe Nautilus, maupun Audemars Piguet Royal Oak yang berhasil menyabet status ikon berkat desain tak lekang waktunya. Portofolio Rado pun tak kalah menakjubkan dan saya bertekad untuk menjaganya terus sepanjang kepemimpinan saya. Kami tidak akan lelah untuk mendobrak batasan lewat material, desain produk, kinerja teknis, dan ikon-ikon baru di masa mendatang.
Setelah sukses memprakarsai penggunaan keramik dalam ranah pembuatan jam tangan, apakah strategi Rado untuk mempertahankan kedudukan sebagai inovator?
Hal ini menjadi tanggung jawab terbesar yang saya pikul. Reputasi Rado sebagai pionir dapat ditelusuri hingga tahun 1962 ketika DiaStar perdana diluncurkan. Selain menjadi jam tangan anti-gores pertama di dunia, DiaStar kian dikenal berkat penggunaan material logam keras sekaligus kristal safir yang diproduksi pada basis industrial. Selanjutnya kami melahirkan Ceramos—kombinasi keramik berteknologi tinggi dan logam yang masih terus kami kembangkan hingga sekarang—dan keramik Plasma yang berpenampilan seperti baja namun memiliki resistensi super tinggi terhadap goresan.
Selain berambisi untuk mempertahankan kedudukan Rado di level ini, kami ingin terus berinovasi lewat pengembangan desain dan warna-warna baru. Untuk mencapai warna sesuai keinginan, kami harus memformulasikan paduan yang berbeda dan merubah molekul di dalamnya pada temperatur tertentu. Meski tantangannya besar, kami pasti akan berhasil melaluinya. Kuncinya adalah selalu haus akan hal baru dan tak pernah merasa puas, sekalipun dengan titel Master of Materials yang telah kami emban sejak dulu.
Sejauh apa manifestasi dari titel Master of Materials yang begitu sinonim dengan Rado?
Dari segi produksi, terdapat perbedaan besar antara penawaran dari region Timur Jauh dan karya para ahli jam tangan Swiss. Meski tak semuanya, beberapa negara di wilayah geografis tersebut—seperti Tiongkok—umumnya menggunakan material berkualitas rendah yang dipasok secara eksternal. Sementara itu, sejumlah brand asal Swiss lebih memilih untuk mengkreasikan material secara in-house. Dalam kasus Rado, sebelum meluncurkan suatu produk—tergantung materialnya—kami membutuhkan waktu sekitar satu hingga tiga tahun untuk mengembangkannya.
Proses manufaktur yang begitu kompleks mengharuskan sejumlah pihak untuk berkoordinasi erat dalam mewujudkan satu prototipe saja. Sangat penting bagi kami untuk memastikan keseimbangan proporsi antara desain dan material. Saya beruntung dikelilingi oleh tim dengan latar belakang yang bervariasi dan pengalaman ekstensif, mulai dari ahli mesin kawakan hingga para artisan. Alhasil, Rado pun tak pernah kehabisan sumber inspirasi. Tak sekadar estetika, penawaran Rado juga ditenagai oleh performa yang mumpuni.
Bisakah Anda berbagi tentang proses teknis di baliknya?
Usai mengkonsepsikan sebuah prototipe, kami akan bertukar pikiran dengan manufaktur movement tersohor, ETA, untuk menciptakan mesin yang dapat mengakomodasi gagasan kami. Yang terpenting adalah menghembuskan individualitas pada setiap movement dalam segi fitur dan presisi. Sebagai contoh, seluruh jam tangan mekanis Rado memiliki cadangan daya hingga 80 jam lamanya. Hal ini tercapai berkat hairspring NivachronTM yang mampu melindungi jam dari medan magnet. Komponen bersifat paramagnetik tersebut diformulasikan dari paduan berbasis titanium. Kemudian seluruh movement otomatis kami telah melalui uji akurasi, bahkan melampaui ketentuan standar yang umumnya berkisar antara tiga sampai lima posisi. Contoh lainnya adalah simbol jangkar ikonis Rado di posisi angka 12 yang berotasi penuh selama jam beroperasi. Simbol tersebut digerakkan oleh komponen rotor pada movement yang didesain dengan ukiran jangkar serupa. Proses ideasi hanya digarap oleh satu desainer yang didekasikan khusus untuk Rado, sehingga autentisitas DNA tetap terjaga. Tak henti sampai di situ, kami juga mengkreasikan bracelet Rado dari awal dengan ragam tipe material terbaik.
Pada hakikatnya, seluruh penawaran digarap dengan keramik berteknologi tinggi bernama Ceramos yang menjadi ciri khas Rado. Untuk pertama kalinya, Rado merilis jam tangan yang mengusung case, bracelet, bezel, dan crown bermaterialkan keramik melalui Captain Cook R808.
Adakah tantangan berarti yang Anda temui dalam proses manufaktur jam tersebut?
Saat mengkreasikan produk yang kompleks, tantangan akan selalu ada. Namun, kami memiliki ahli-ahli kompeten yang telah mengabdi pada Rado sejak dahulu dan generasi muda yang gemar mempelajari hal baru. Ketika dihadapkan pada tantangan sulit, mereka akan angkat suara dan memberi tahu probabilitas keberhasilannya. Saya akan memberi saran terbaik untuk menavigasi tantangan tersebut agar kami dapat menghasilkan produk berkualitas terbaik dengan harga yang aksesibel.
Klik di sini untuk #BacaDiManaAja edisi terbaru dari CROWN Indonesia
End of content
No more pages to load