WOMEN ON PURPOSE: Perbincangan Menyentuh Hati dengan Personalitas Zenith Dreamhers

Melalui kampanye DreamHers, Zenith menyediakan platform bagi wanita untuk bercerita, berdaya, dan berbagi inspirasi demi menggapai mimpi.
Ditulis oleh Erika Tania.
Jujur saja, saat menerima undangan untuk menghadiri Meet The DreamHers di Singapura pada bulan Oktober lalu, kami agak skeptis dengan konten acara yang didominasi oleh para friend-of-the-brand. Bukannya apa-apa. Tak sedikit friend-of-the-brand tersohor dengan popularitas luar biasa yang pada akhirnya tidak memberikan kami gagasan berarti untuk dapat dikembangkan menjadi tulisan yang inspiratif. Nyatanya, pada malam puncak acara, para media yang hadir dibuat hanyut dalam percakapan para personalitas DreamHers hingga tak sedikit yang menitikkan air mata—termasuk penulis artikel ini.
Sebelum kami membeberkan percakapan tersebut, mari kita berkelana sejenak ke tahun 2020. Untuk pertama kalinya, Zenith merilis koleksi jam tangan Defy Midnight yang ditujukan bagi pelanggan wanita—maupun pria berlengan ramping dan menyukai desain bergaya flamboyan. Secara strategis dan harmonis, Zenith turut memperkenalkan DreamHers yang berfokus pada dukungan terhadap pemberdayaan wanita. Kampanye ini direpresentasikan oleh sejumlah wanita independen yang berbagi perjalanan hidup dan kariernya untuk menginspirasi kaum wanita dalam menggapai mimpi mereka.
Kota Singa menjadi destinasi kedua dari acara Meet The DreamHers setelah Madrid yang sempat menjadi tuan rumah pada tahun 2021 silam. Tahun ini, dekorasi cantik berpalet putih-merah muda menghiasi gedung historis, Chijmes, yang dipilih menjadi lokasi perhelatan. Dalam sambutannya kepada para hadirin, Julien Tornare selaku CEO Zenith mengungkapkan, “Saya sangat bangga menyambut kehadiran banyak wanita inspiratif di Zenith. Mereka menunjukkan kepada dunia bahwa tidak ada mimpi yang terlalu besar. Bila Anda telah menentukan bintang mana yang Anda inginkan dan mendedikasikan diri Anda dengan penuh semangat dan integritas, Anda dapat menggapai bintang tersebut.”
Berasal dari berbagai negara dan latar belakang berbeda, para personalitas DreamHers yang hadir pada Meet The DreamHers 2022 tak kenal kata menyerah dalam mencapai mimpi, bahkan mereka turut menginspirasi kaum wanita dalam perjalanannya. Selain supermodel dan aktris Sheila Sim (Singapura) yang telah menjadi salah satu DreamHers sejak 2020, Zenith menghadirkan lima personalitas baru pada perhelatan Meet The DreamHers kedua ini, yaitu: pebisnis Melody Hsu (Taiwan); presenter televisi Chiaki Horan (Jepang); atlet balap mobil Catie Munnings (Inggris); aktris dan aktivis LGBTQ+ Lola Rodriguez (Spanyol); serta pemain biola Esther Abrami (Prancis).
Pada sesi diskusi panel, para personalitas DreamHers menarasikan ketimpangan gender dan seksisme terhadap wanita yang masih banyak dan sering terjadi. Selain cerita yang menyentuh hati dan berbagai solusi penuh harapan yang diinisiasi oleh para DreamHers di bidangnya masing-masing, audiens juga dibuat haru kala menyaksikan ikatan istimewa di antara keenamnya—keakraban yang mengagumkan meski mereka baru bertemu 24 jam sebelum acara Meet The DreamHers diadakan. Kami tak sabar untuk melihat kelanjutan kampanye DreamHers di tahun 2023 yang dijanjikan Julien akan melibatkan sesi mentoring oleh para DreamHers agar lebih banyak lagi wanita yang mencapai mimpinya.
Apa saja tantangan yang dihadapi oleh kaum wanita di bidang pekerjaan Anda?
Sheila Sim (SS): Di dunia modelling, terdapat banyak sekali penolakan. Saya bahkan mengalami keraguan terhadap diri sendiri karenanya. Saat Anda ragu terhadap diri sendiri, hal itu tak hanya memengaruhi karier, tetapi juga kehidupan personal, hubungan dengan orang-orang terdekat, dan identitas Anda. Namun saya bersyukur telah melalui proses tersebut. Modelling telah membantu saya memahami ketidaksempurnaan dan sumber ketidakpercayaan diri, sehingga saya dapat menemukan autentisitas diri saya.
Catie Munnings (CM): Saat pertama kali terjun ke dunia balap, saya belajar dengan cara sama seperti para pembalap pria pemula. Namun tidak ada yang menyaksikan kompetisi mereka, sedangkan ketika seorang pembalap wanita memulai kariernya, orang-orang akan langsung memperhatikan. Dalam kompetisi balap pertama saya, terdapat sebuah komentar di media sosial saya yang berbunyi “Keluarlah dari mobil dan buatkan saya roti lapis”. Dulu saya sangat kecewa, namun kini saya sudah tidak terpengaruh lagi oleh komen semacam itu. Saya rasa sangat penting untuk memiliki basis yang solid di luar balapan, seperti keluarga dan teman yang dapat Anda ajak bicara.
Esther Abrami (EA): Representasi wanita di dunia musik klasik masih sangat kurang. Ketika saya berumur 12 tahun, saya bertanya kepada seorang guru musik “Mengapa tidak ada konduktor wanita?” yang kemudian ia jawab, ”Seorang konduktor harus dihormati oleh seluruh anggota orkestra, oleh karena itu wanita tidak bisa menjadi konduktor”. Pernyataan mengejutkan lain juga saya dengar dari salah satu dosen di universitas saya mengenai lagu-lagu komposer pria yang saya mainkan selama 15 tahun. Dosen tersebut berdalih bahwa selama ini komposer wanita tidak menciptakan lagu yang cukup baik. Saya tidak mempercayainya dan melakukan riset secara independen, kemudian menemukan banyak sekali komposer wanita yang telah menulis dan merilis lagu-lagu luar biasa hingga mereka terkenal pada masanya masing masing, namun sayangnya komposer-komposer wanita tersebut seolah dihapus dari sejarah musik klasik. Hal ini harus diubah.
Apa harapan Anda bagi wanita di bidang pekerjaan Anda?
SS: Saya harap dapat melihat lebih banyak lagi inklusivitas dalam modelling. Kecantikan dapat hadir dalam berbagai bentuk, ukuran, dan usia. Saya ingin lebih banyak lagi yang merangkul penuaan. Meskipun Anda telah menginjak usia tertentu, Anda tetap dapat meraih mimpi Anda.
CM: Saya harap akan terdapat lebih banyak kesempatan dan akses untuk meraih kesempatan tersebut bagi wanita di dunia balap.
EA: Saya harap musik klasik memiliki audiens yang lebih luas, seperti anak muda dan orang-orang dari berbagai latar belakang. Saya ingin membuat musik klasik lebih inklusif dan mudah diakses.
Bagaimana Anda mendefinisikan pemberdayaan wanita?
SS: Saya rasa ini adalah tentang menjadi autentik, serta merangkul kekuatan dan kelemahan Anda, kemudian meneruskannya sebagai inspirasi bagi generasi selanjutnya.
CM: Kepercayaan diri dalam mengekspresikan diri Anda yang sesungguhnya sembari tetap melakukan yang ingin Anda kerjakan secara profesional. Di dunia ini, kita hanya memiliki satu nyawa, sehingga tak ada gunanya menyembunyikan jati diri Anda yang sesungguhnya.
EA: Terdapat banyak situasi di mana orang-orang meremehkan Anda padahal Anda memiliki kontrol penuh terhadap keputusan yang hendak Anda ambil. Dibutuhkan waktu, pengalaman, dan kepercayaan diri untuk menghadapi situasi tersebut dan menguasai hak Anda.
Bila dapat menggunakan mesin waktu, saran apa yang akan Anda berikan kepada diri Anda berusia lebih muda?
SS: Tak perlu buru-buru dalam bertumbuh, Anda memiliki waktu seumur hidup.
CM: Anda tidak akan pernah benar-benar siap untuk melakukan suatu hal yang besar. Bila hal tersebut tidak membuat Anda takut, tandanya hal tersebut tidak cukup menantang bagi Anda. Cobalah untuk mengambil keputusan nekat dengan penuh keyakinan.
EA: Cara orang melihat Anda, apa yang orang katakan mengenai Anda atau kepada Anda, tidak memiliki dampak apapun terhadap siapa diri Anda masa kini maupun masa depan. Hanya Anda sendirilah yang memiliki dampak atas itu semua.
Apa pendapat Anda mengenai Zentih?
SS: Pertama-tama, saya sangat mengagumi Julien. Menurut saya ia merupakan pemimpin yang sangat baik. Fakta bahwa ia adalah seorang pria di industri yang didominasi oleh pria, namun mendukung penuh pemberdayaan wanita sangatlah memesona. Saya bangga menjadi bagian dari Zenith melalui DreamHers.
CM: Zenith sangat terdepan. Tidak biasanya sebuah brand mewah terlibat sebagai sponsor dari kompetisi balap mobil elektrik. Saya juga sangat menghargai kinerja Julien dengan timnya. Pandangan mereka terhadap dunia terefleksikan dengan baik melalui kinerja brand dalam ranah keberlanjutan dan kegiatan amal. Mereka tak ragu untuk mendorong batasan.
EA: Saya baru saja berbincang dengan Julien mengenai persamaan di antara musik klasik dengan watchmaking. Sangatlah menyenangkan dapat mengkolaborasikan dua industri lawas ini. Saya bangga mengenakan jam tangan Zenith. Jam ini sangat merepresentasikan diri saya. Saya cenderung mengenakan produk yang memiliki arti bagi saya. Menurut saya, ini bukanlah sekadar jam tangan, melainkan sebuah pernyataan.
Klik di sini untuk #BacaDiRumahAja edisi terbaru dari CROWN Indonesia
End of content
No more pages to load